Semuanya dimulai hari Jumat sepulang sekolah. Aku berangkat ke rumah Sausan karena sarung tanganku tertinggal di rumahnya. Sebenarnya aku belum minta izin, Sausan juga belum beri tahu ayahnya. Tapi, karena saat Sausan pulang ayhnya pasti ke sekolah untuk Shalat Jumat dia tidak perlu meminta izin (kata dia loh..) Aku juga tidak memberitahu ibuku karena aku hanya ingin mengambil sarung tanganku. Sausan dan aku berjalan bersama ke Mansion-nya.
Saat sampai, dia pun masuk, aku menunggu di luar karena kalau masuk aku akan terlihat di kameranya dan akan terlihat ayahnya Sausan. Sausan berkata agar masuk ke dalam saat aku melihat ayahnya keluar. Dia pun masuk.. Bermenit-menit kemudian ayahnya tidak keluar, aku pun berusaha masuk. Tetapi, masalah lain muncul. Aku lupa nomor kamarnya, jadi aku tidak bisa masuk. Aku coba berkali-kali tapi salah, jadi aku memutuskan untuk menunggu lagi.
Saat aku ingin mencoba lagi, ayah Sausan keluar dari mansion-nya! Dia bertanya aku lagi melakukan apa. Aku menjawab sespontan mungkin kalau aku mau mengambil sarung tanganku. Ayahnya pun memasukan nomor kamarnya dan Sausan membolehkan aku masuk. Hah? Aku lupa lagi lantai berapa kamar sausan!
Di dalam lift aku sudah ingat lantai 2! Aku masuk ke kamar Sausan, aku sebenarnya masih lupa nomor kamarnya tapi aku tahu arah-arahnya. Aku mengebel dan dia mengizinkan aku masuk. Dia berkata lain kali aku harus hati-hati (dasar Sausan). Di rumahnya ada adik laki-lakinya, kita berdua, dan kakak laki-lakinya bersama teman-temannya yang banyak (sekitar 7 orang). Di sana aku malah jadi main Wii , dan internet bersamanya.
Kita bermain lumayan lama, sampai ayahnya sudah pulang, tetapi ayahnya tampak tak terkejut melihatku disini. Kita memakan snack seperti french fries dan ayam. Kita juga bermain dengan teman-teman kakaknya. Mereka mempakai Wii! Huh, kita mau pake internet yang satu lagi malah ngerebut komputernya.
Aku dan Sausan bosan duduk di atas kasurnya, adiknya Dito juga duduk di kasur. Tiba-tiba terasa kasurnya bergerak pelan, Sausan pun marah dan berkata kepada adiknya agar berhenti lompat-lompat. Adikna hanya menjawab polos bahawa dia tidak lompat dia atas kasur. Ayah Sausan masuk ke kamar Sausan dan berteriak ke kita berdua, "GEMPA! Cepat berlindung di bawah meja makan!!!!".
Spontan karena kita berdua orang Indonesia kita malah panik, bukannya tenang (Ini membuktikan bahwa latihan gempa tidak mempengaruhi kita). Kita langsung berlari ke bawah meja makan yang sudah ada kakaknya Sausan dan teman-temannya, Dito (adiknya), dan kita berdua. Di atas meja masih ada barang-barang dapur seperti gelas, piring, DLL. Tapi, di mana ayahnya Sausan???
Ternyata ini sangat mengejutkan, ayahnya memeluk TV layar lebar di ruang tamu yang berhadapan dengan tempat kami berlindung, padahal diatas TV tersebut terdapat rak! Sausan berteriak kepada ayahnya, "Bapak nggak apa-apa?". Ayahnya menjawab, "Tidak apa-apa". Jujur sebenarnya aku kebingungan kenapa ayahnya malah melindungi TV bukan anak-anaknya? Atau paling tidak ikut berlindung!
Gempa berhenti beberapa saat, tapi kita semua tahu kalau gempa akan datang lagi. Ayahnya Sausan berteriak menyuruh semanya keluar, kita semua buru-buru keluar tidak peduli memakai sepatu siapa. Kita semua berlari keluar lalu disusul ayahnya Sausan. Lalu kita melihat dari balkoni, kita lebih tenang ayah Sausan menelpon ibunya Sausan. Aku tidak berhenti cemas karena aku tidak bisa pulang dan karena dulu rumahku 12 stasiun dari Meguro. Sementara teman kakaknya Sausan tetap bicara tentang berapa bangunan yang akan roboh. Sausan menjawab, "Mana mungkin roboh, roboh mah tren di Indonesia!".
Setelah ayah Sausan selesai menelpon, kita semua merasakan gedungnya berguncang lagi kali ini lebih kuat. Ayah Sausan memerintahkan kita untuk segera turun ke lantai 1. Kita berlari turun dari tangga sambil berdoa, tidak ada yang jatuh. Sampai di bawah gempa berhenti lagi. Kita dibawah sana menunggu dengan takut, Dito menangis hampir setiap menit terasa gempa kecil. Kita dibawah sekitar 30 menit, Sausan bilang bahwa ia khawatir akan Midori karena dia sendiri di rumahnya bersama kakaknya.
Jadi 2 teman kakaknya Sausan pergi ke rumah Midori yang tidak terlalu jauh untuk menjemput Midori dan kakaknya. Karena di sini ada ayahnya Sausan. Ketika Midori sampai kita langsung kembali ke kamar Sausan, sulit dipercaya kita dibawah sana sekitar 45 menit. Di atas kita semua menonton berita, melihat bahwa ada tsunami di dekat Tokyo.
Malam itu, orangtua Midori datang menjemput, Lukman datang ke rumah Sausan lalu kita usir, teman-teman kakaknya Sausan pulang, dan Yamashita san (pengurus administrasi) menelpon semua murid dan menyambungkan semuanya ke orangtuanya. Semua HP tidak bisa digunakan untuk telpon, pilihannya hanya internet, atau telpon rumah.
Sementara ibuku tidak mempunyai telpon rumah, aku coba hubingi ibuku dari internet. 2 jam kemudian ada balasan di email ku ibu bilang aku harus menginap di rumah Sausan dan esok paginya ibuku akan datang menjemput.
11 Maret 2011
2.000 orang mengungsi
Tewas 12.068 orang
Hilang 15.073 orang
JEPANG AKAN BANGKIT KEMBALI!!!!
Green Love,
~Mentari
No comments:
Post a Comment